TAPAK
DARA BERKELOPAK GENAP
Sinopsis dari cerita
pendek diatas adalah :
Daradasih tinggal di
keputren sebagai penari Bedoyo yang akan disajikan pada Jumenengan besok sabtu
pahing. Biasanya ia tinggal di luar tembok keraton bersama ibunya. Dari kesembilan
penari, hanya dia yang bukan trah
Keraton Solo. Sesungguhnya perempuan biasa tidak bisa tinggal di keputren.
Tapi, karena kebijakan Gusti Sepuh sebagai kepala keputren, ia diminta tinggal
untuk persiapan menari dan juga menemani Gusti Koes Muniggar yang juga penari
Bedoyo.
Suatu hari, ponselnya
bordering. Nama Gusti Radit muncul diponsel itu. Ia ragu mengangkatnya. Sampai
dua tiga kali Gusti Radit menelepon, Daradasih tidak berani mengangkatnya.
Kemudian, satu pesan dari Gusti Radit muncul. “Bagaimana dengan jarimu, Jeng?”. Gusti Radit awalnya menanyakan
persiapan Jumenengan, tari Bedoyo, dan akhirnya tetap ke jarinya yang teriris
pisau.
“bagaimana Gusti tahu?
“Seluruh keraton juga
tahu kalau jari salah satu penari Bedoyo keperang
(teriris), Jeng.” Seloroh Gusti Radit. “Sebentar lagi masuk Koran.” goda Gusti
Radit. Tak tampak kecanggungan berbicara dengan Daradasih, meski Daradasih
telah mengakhiri hubungan istimewanya.
Dengan alasan masih
ingin menari, Daradasih memutuskan untuk berpisah dari Gusti Radit. Syarat
penari Bedoyo adalah perawan, belum menikah.
Hanya ia dan ibunya
yang tahu kenapa ia memutuskan hubungannya dengan Gusti Radit. Ibunya sudah
wanti-wanti untuk tidak menjalin hubungan dengan pangeran itu. Tidak baik untuk
masa depan keraton. Dan lebih baik mencari laki-laki di luar tembok keraton.
Ada kemungkinan Gusti Radit jadi penerus tahta. Mulai saat itu, Daradasih rela
mundur.
Bau rempah masih segar
tercium dari ruangan keputren. Mbok Menur sedang mencuci bunga tapak dara
dengan daun dan rantingnya di pancuran, mengganti bunga kecapiring yang layu
dengan seikat tapak dara merah segar di vas Kristal di meja marmer keputren.
Daradasih terpaku di
antara bunga-bunga tapak dara mungil itu. Dipetiknya sekuntum merah dan
sekuntum putih. Ia khusyuk mengamati bunga yang merah lebih banyak dari yang
putih. Semua berkelopak ganjil, kelopak lima. Taka da yang berkelopak genap.
Daradasih duduk di batu diantara tapak dara ganjil itu. Daradasih merasa iri,
dirinyalah yang bekelopak genap.
Jumenengan telah usai,
ditandai beakhirnya tarian Bedoyo Ketawang. Tarian sacral yang melambangkan
cinta Kanjeng Ratu Kidul dengan Panembahan Senopati, senyum kelegaan tepancar
dari para penari. Tugasnya telah selesai dengan sempurna.
Daradasih merasakan ada
kehidupan baru mengalir masuk ke tubuh langsatnya.
Aku
tapak dara berkelopak genap
Siang
berwarna merah
Malam
berwarna putih
Tapi
kau tak pernah menemukan diriku
Karena
aku tapak dara tak indah
Ganjil,
dan berkelopak genap.
Sumber : Majalah Femina
2010
Chitra
Dewi Sitorus / 19210476 / 3EA10
Tugas
ke – 3 Softskill Bahasa Indonesia 2#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar