Kamis, 13 Juni 2013

CERPEN ATAU FIKSI


TAPAK DARA BERKELOPAK GENAP 

Sinopsis dari cerita pendek diatas adalah :

Daradasih tinggal di keputren sebagai penari Bedoyo yang akan disajikan pada Jumenengan besok sabtu pahing. Biasanya ia tinggal di luar tembok keraton bersama ibunya. Dari kesembilan penari, hanya dia yang bukan trah Keraton Solo. Sesungguhnya perempuan biasa tidak bisa tinggal di keputren. Tapi, karena kebijakan Gusti Sepuh sebagai kepala keputren, ia diminta tinggal untuk persiapan menari dan juga menemani Gusti Koes Muniggar yang juga penari Bedoyo.
Suatu hari, ponselnya bordering. Nama Gusti Radit muncul diponsel itu. Ia ragu mengangkatnya. Sampai dua tiga kali Gusti Radit menelepon, Daradasih tidak berani mengangkatnya. Kemudian, satu pesan dari Gusti Radit muncul. “Bagaimana dengan jarimu, Jeng?”. Gusti Radit awalnya menanyakan persiapan Jumenengan, tari Bedoyo, dan akhirnya tetap ke jarinya yang teriris pisau.
“bagaimana Gusti tahu?
“Seluruh keraton juga tahu kalau jari salah satu penari Bedoyo keperang (teriris), Jeng.” Seloroh Gusti Radit. “Sebentar lagi masuk Koran.” goda Gusti Radit. Tak tampak kecanggungan berbicara dengan Daradasih, meski Daradasih telah mengakhiri hubungan istimewanya.
Dengan alasan masih ingin menari, Daradasih memutuskan untuk berpisah dari Gusti Radit. Syarat penari Bedoyo adalah perawan, belum menikah.
Hanya ia dan ibunya yang tahu kenapa ia memutuskan hubungannya dengan Gusti Radit. Ibunya sudah wanti-wanti untuk tidak menjalin hubungan dengan pangeran itu. Tidak baik untuk masa depan keraton. Dan lebih baik mencari laki-laki di luar tembok keraton. Ada kemungkinan Gusti Radit jadi penerus tahta. Mulai saat itu, Daradasih rela mundur.
Bau rempah masih segar tercium dari ruangan keputren. Mbok Menur sedang mencuci bunga tapak dara dengan daun dan rantingnya di pancuran, mengganti bunga kecapiring yang layu dengan seikat tapak dara merah segar di vas Kristal di meja marmer keputren.
Daradasih terpaku di antara bunga-bunga tapak dara mungil itu. Dipetiknya sekuntum merah dan sekuntum putih. Ia khusyuk mengamati bunga yang merah lebih banyak dari yang putih. Semua berkelopak ganjil, kelopak lima. Taka da yang berkelopak genap. Daradasih duduk di batu diantara tapak dara ganjil itu. Daradasih merasa iri, dirinyalah yang bekelopak genap.
Jumenengan telah usai, ditandai beakhirnya tarian Bedoyo Ketawang. Tarian sacral yang melambangkan cinta Kanjeng Ratu Kidul dengan Panembahan Senopati, senyum kelegaan tepancar dari para penari. Tugasnya telah selesai dengan sempurna.
Daradasih merasakan ada kehidupan baru mengalir masuk ke tubuh langsatnya.
Aku tapak dara berkelopak genap
Siang berwarna merah
Malam berwarna putih
Tapi kau tak pernah menemukan diriku
Karena aku tapak dara tak indah
Ganjil, dan berkelopak genap.

Sumber : Majalah Femina 2010

Chitra Dewi Sitorus / 19210476 / 3EA10
Tugas ke – 3 Softskill Bahasa Indonesia 2#